Keberhasilan penetasan telur dipengaruhi oleh mesin tetas juga tergantung pada kondisi telur yang ditetaskan sehingga manajemen telur tetas sebelum diinkubasi seperti koleksi telur, transportasi telur, penyimpanan telur dalam ruangan dingin, dan penghangatan telur setelah disimpan perlu diperhatikan.
WAHANAMEDIA.COM –Indutsri penetasan (hatchary) sebagai industri yang menghasilkan anak ayam atau DOC (Day Old Chick) merupakan bagian penting dalam menghasilkan anak ayam yang berkualitas.
Pada industri penetasan, penetasan telur dilakukan dengan menggunakan mesin tetas buatan sehingga manajemen penetasan harus dilakukan dengan benar.
Melansir Dirjen Peternakan, penetasan telur adalah proses mengeramkan telur untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi anak ayam yang mampu menetas dengan cara memecahkan dan ke luar dari kerabang dalam kondisi sehat sehingga layak untuk dipelihara dan dapat diperjual belikan.
Penetasan adalah kegiatan pengeraman (setter) dan penetasan (hatcher) telur tetas untuk menghasilkan bibit ayam untuk keperluan sendiri atau untuk diperjualbelikan. Penetasan telur dapat dilakukan dengan menggunakan mesin penetas, sehingga manajemen penetas perlu dikuasai oleh pelaku penetas telur.
Keberhasilan penetasan telur dipengaruhi oleh mesin tetas juga tergantung pada kondisi telur yang ditetaskan sehingga manajemen telur tetas sebelum diinkubasi seperti koleksi telur, transportasi telur, penyimpanan telur dalam ruangan dingin, dan penghangatan telur setelah disimpan perlu diperhatikan.
Faktor lain yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi keberhasilan penetasan adalah manajemen telur tetas selama diinkubasi, seperti stabilitas temperatur dan kelembaban ruangan mesin tetas, pemuturan telur, pengaturan ventilasi, dan posisi penyimpanan telur di dalam rak.
Pengeluaran anak ayam yang menetas dari mesin tetas memegang peranan penting untuk memperoleh kualitas anak yang baik.
Keterlambatan pengangkatan anak dari dalam mesin akan menyebabkan anak unggas mengalami kekurangan air (dehidrasi) sehingga anak ayam tidak layak untuk dijual.
Pertumbuhan industri unggas dewasa ini sangat pesat karena merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan daging dan telur yang cepat dan efisien.
Pertumbuhan industri unggas salah satunya didorong oleh ketersediaan bibit ayam yang kontinue dan stabil, tentunya hal ini akan terwujud jika ditunjang oleh keberadaan industri pembibitan (breeding farm) dan indutsri penetasan (hatchary) untuk pengadaan bibit ayam komersial baik ayam petelur dan ayam pedaging.
Tak bisa dipungkiri lagi, bahwa peternakan adalah sektor yang sangat vital bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Peternakan adalah pemasok hewan-hewan pedaging dan juga luaran lainnya dari hewan-hewan tersebut.
Salah satu yang memiliki kebutuhan paling besar dan akan terus bertambah adalah unggas. Unggas sangat dibutuhkan karena dari segi telur, daging, dan sebagainya bisa dimanfaatkan atau memiliki kegunaan.
Dari segi daging unggas sendiri, kita sendiri pasti sering memakan ayam, bebek, atau jenis unggas lainnya.
Jika penggunaan daging-daging tersebut melebihi batas atau tidak didukung dengan produksi yang selalu meningkat maka nantinya akan ada yang dinamakan krisis pangan.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, solusi yang terpikirkan adalah dengan cara meningkatkan efektivitas pada penetasan telur yang nantinya akan berujung pada penambahan jumlah produksi pada unggas potong.
Jumlah produksi unggas potong yang meningkat akan membuat harga dari unggas sendiri agar tidak melonjak dan dapat dikendalikan dengan baik.
Masyarakat akan dapat lebih tenang untuk permasalahan daging unggas yang melonjak, hal ini juga sesuai dengan tujuan SDGs 12 (Responsible Consumption and Production).
Keberhasilan penetasan dengan menggunakan mesin tetas dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan, jika salah satu faktor yang berpengaruh kurang diperhatikan tidak memungkinkan hasilnya sesuai dengan harapan yaitu presentase anak ayam layak jual tinggi.
Berbagai sumber