Perang siber ini terjadi di dunia maya dan mengandalkan serangan menggunakan informasi propaganda, spionase dan sabotase sistem keamanan data sebuah pemerintahan.
WAHANAMEDIA.COM –Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono mengatakan, telah memasukkan rencana pengembangan teknologi siber dalam rencana strategis (Renstra) TNI AU untuk 20 tahun kedepan.
TNI Angkatan Udara (AU) memandang pentingnya mengadopsi perkembangan teknologi dewasa kini. KSAU Marsekal Tonny Harjono mengatakan pihaknya mengadopsi perkembangan teknologi, termasuk teknologi elektronika untuk menghadapi perang masa depan.
Hal itu disampaikan Tonny usai Seminar Nasional Perkembangan Teknologi Elektronika Modern Mengubah Pola Peperangan di Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (9/10/2024).
Tonny menjawab pertanyaan soal bagaimana strategi pengembangan untuk menghadapi perang di bidang elektronik. Saat ini, dunia sedang menghadapi fenomena perang siber, perang tanpa senjata yang dapat merobohkan suatu negara.
Perang siber ini terjadi di dunia maya dan mengandalkan serangan menggunakan informasi propaganda, spionase dan sabotase sistem keamanan data sebuah pemerintahan.
Melalui serangan informasi yang telah didesain, masyarakat yang ada di negara tersebut dapat terdoktrin. Kondisi ini dapat membuat sebuah negara menjadi carut marut dan akhirnya hancur hanya karena propaganda.
Menurut Tonny, pengembangan teknologi siber menjadi salah satu prioritas TNI AU lantaran saat ini dunia tengah memasuki era peperangan siber atau Cyber Warfare.
Cyber Warfare tersebut kerap kali menyerang jaringan informasi, pembobolan data pemerintah hingga penyebaran berita propaganda demi menghancurkan sebuah negara. Untuk mencapai pertahanan siber yang kuat di tahun 2044, Tonny pun telah merencanakan langkah-langkah yang harus lakukan dalam waktu dekat.
Langkah pertama, yakni menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam bidang pertahanan siber. Tidak hanya itu, pihaknya juga membutuhkan fasilitas dan teknologi yang canggih untuk menunjang kerja pertahanan siber.
“Saya menyadari bahwa mengikuti perkembangan elektronika ini tidak mudah dan tidak murah. Sehingga dibutuhkan anggaran yang cukup besar,” ulasnya.
Pihaknya membutuhkan organisasi utama di bidang pertahanan siber yang akan menjadi wadah utama tempat seluruh SDM dan teknologi pertahanan siber bekerja.
“Dengan pengembangan teknologi siber yang kuat, di tahun 2044 Indonesia akan pertahanan siber yang semakin kuat,” tandasnya.