Salah satu dari budaya asli masyarakat Tolaki yang sudah diadaptasi oleh hampir seluruh masyarakatKota Kendari adalah tari lulo atau molulo yaitu tarian tradisional yang diperagakan secara massal dan membentuk lingkaran.
WAHANAMEDIA.COM –Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam, termasuk dalam hal tarian tradisional di tiap provinsi telah yang memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing daerah. Salah satu daerah yang memiliki beragam tarian tradisional adalah Sulawesi Tenggara.
Selain terkenal dengan potensi sumber daya alamnya, Sulawesi Tenggara rupanya juga punya kekayaan budaya. Salah satunya melalui budaya dan tradisi tari-tarian yang beraneka ragam.
Tarian Tradisional Sulawesi Tenggara yang paling terkenal adalah Tarian Lulo, di mana puluhan orang saling bergandengan dan melakukan gerakan kaki yang khas. Tarian ini bahkan kerap muncul dan viral di media sosial khususnya Tiktok.
Kota Kendari merupakan ibukota propinsi Sulawesi Tenggara, kota kendari ini masuk dalam kategori kota sedang dengan luas wilayah 295,89 Km² dan berpenduduk sekitar 289.966 jiwa menurut sensus tahun 2010, sebagai ibukota propinsi yang tengah berkembang pertumbuhan penduduk kota kendari tidak saja dipengaruhi oleh tingkat kelahiran tapi pertumbuhan penduduknya juga dipengaruhi oleh arus urbanisasi penduduk baik itu dari daerah-daerah di sekitar kota kendari maupun dari wilayah lain di Sulawesi tenggara bahkan dari daerah di luar Sulawesi Tenggara.
Salah satu dari budaya asli masyarakat Tolaki yang sudah diadaptasi oleh hampir seluruh masyarakatKota Kendari adalah tari lulo atau molulo yaitu tarian tradisional yang diperagakan secara massal dan membentuk lingkaran.
Dalam setiap acara-acara yang diadakan oleh masyarakat kota kendari yang bersifat hiburan termasuk pula pesta-pesta perkawinan baik itu dari suku Tolaki maupun itu dari suku atau etnis di luar suku tolaki maka salah satu acara yang hampir tidak pernah ketinggalan untuk diadakan adalah acara Molulo, Tarian lulo atau molulo bagi masyarakat kota Kendari bukan lagi merupakan tarian masyarakat Tolaki saja tapi tarian ini sudah merupakan tarian bersama bagi seluruh etnis yang ada di kota kendari
Tari lulo atau molulo adalah tarian khas suku Tolaki yang merupakan penduduk asli kota kendari, tarian ini biasa diadakan pada acara-acara pesta perkawinan, perjamuan dalam menyambut tamu ataupun acara-acara hiburan ramah tamah,tari lulo ini menjadi sarana dan media masyarakat Tolaki untuk mengeratkan pergaulan dengan warga masyarakat lain tanpa membedakan latar belakang etnis, agama, status sosial, kelompok, atau usia. Atraksi tari lulo adalah sebuah bentuk konfigurasi sosial dalam keberagaman.yang harmonis, sehingga tidaklah mengherankan jika tari lulo ini dapat diterima oleh semua etnis yang ada di kota kendari, yang akhirnya menjadi ciri khas kota Kendari.
Menari lulo atau molulo tidaklah rumit, tarian yang dilakukan secara massal dan membentuk lingkaran ini bergerak maju mundur berlawanan dengan arah jarum jam, dengan iringan musik yang berirama menghentak, dangdut, atau bunyi tabuhan gong, struktur gerakan akan dengan mudah terbangun.
Mula-mula jari tangan digenggamkan dengan jari tangan pasangan kita sedemikian rupa sehingga telapak tangan masing-masing saling bertaut. Posisi telapak tangan pria harus di bawah telapak tangan wanita.
Ini aturan atau etika yang harus diperhatikan agar gerakan tetap harmonis dan bagian dada wanita pasangan menari tak tersentuh, penari lulo ini berdiri berjajar dan membentuk lingkaran semakin banyak yang ikut menari akan semakin besar pula lingkaran yang ada, tangan yang sudah saling mengait digerakkan turun naik bersama dengan pasangan untuk mengimbangi ayunan langkah kaki yang maju mundur, ke kiri dan kanan, dengan tempo gerakan yang bersesuaian dengan irama pengiring.
Dalam budaya aslinya molulo ini diiringi oleh tabuhan gong alat musik pukul yang terbuat dari logam namun karena sekarang ini sudah jarang ditemukan orang yang ahli dalam memainkan irama gong sesuai dengan irama aslinya, apalagi sekarang dengan semakin berkembangnya teknologi dan musik maka tabuhan gong sebagai pengiring tarian lulo ini sudah digantikan dengan iringan lagu dan musik baik itu melalui pemutar suara, iringan band atau elekton/organ tunggal.
Pada awal mulai menari lulo ini biasanya dengan gaya tari lulo biasa yang gerakannya tidak terlalu cepat namun semakin lama semakin cepat irama penggiringnya lulo pun mulai berganti gerakan dengan gerakan yang lebih cepat dan bersemangat yang biasa disebut dengan lulo pata-pata hingga ke gerakan lulo yang paling cepat dan bersemangat yang biasa disebut dengan moleba.
Molulo ini sesungguhnya membutuhkan ekstra tenaga untuk melakukannya, gerakannya yang konstan dan terus bergerak memutar apalagi untuk gerakan-gerakan lulo leba-leba atau lulo leba sangat menguras energi, namun karena sensasi dan keasyikan dalam menari lulo ini kadang karena saking semangatnya sehingga rasa capek dan lelah itu tidak terasa oleh para penari baik yang tua maupun yang muda.
Bagi kalangan muda-mudi, acara lulo merupakan acara mencari jodoh, kesempatan berkomunikasi, saling mengukur rasa dan perasaan terhadap pasangan masing-masing, siapa tahu setelah itu bisa terjadi hubungan pribadi yang akan berlanjut ke perjodohan.
Seni tari lulo pada awalnya merupakan ritual untuk memuja dewa padi yang disebut Sanggoleo Mbae dalam istilah Tolaki, karena itu, gerakan dasar tarian ini menggambarkan orang menginjak-injak padi. Kata lulo itu sendiri berasal dari ungkapan molulowi yang berarti menginjak-injak onggokan padi untuk melepaskan bulir dari tangkainya.
Dalam bentuk aslinya (tradisional), tari lulo menampilkan banyak variasi (gaya) kendati gerakan dasarnya sama. Sebagaimana dituturkan Arsamid Al Ashur (63), tokoh adat dan budaya Tolaki, tarian tradisional itu terdiri dari lulo sangia, lulo nilakoako, lulo ndinuka-tuka, lulo leba-leba, dan lulo leba.
Irama pengiring juga bunyinya bervariasi sesuai dengan alat yang digunakan. Irama tolongi dongi-dongi menggunakan gong kecil. Irama mode-mode salaka memakai gong ceper. Irama tundu watu ngganeko menggunakan tiga gong dengan ukuran bertingkat, sedangkan irama pundi madi talopo menggunakan tiga gong yang besarnya sama.
Di zaman dahulu, sebelum dikenal alat pengiring dari gong, pengiring lulo adalah gendang yang terbuat dari potongan silinder kayu yang salah satu ujungnya ditutupi kulit kayu atau kulit binatang. Ada juga yang menggunakan sejenis kulintang dari bambu yang dilubangi dan menghasilkan bunyi.
Dalam perkembangannya tari lulo tidak hanya ditampilkan pada pesta panen dalam rangka pemujaan, melainkan juga pada pesta perkawinan dan kenduri lainnya, termasuk untuk menghibur tamu. Dengan demikian, lulo dapat diadakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Jenis lulo yang umum ditampilkan oleh masyarakat di kota Kendari, adalah lulo sangia dengan pengiring gong besar yang berbunggul campuran emas atau musik band.
Tidaklah mengherankan jika Kota Kendari mendapat julukan sebagai kota lulo, hal ini dikarenakan hampir semua kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan yang dilakukan oleh mayarakat kota Kendari dari semua etnis tidak pernah ketinggalan menggelar acara lulo, baik siang maupun malam. Tarian ini bisa dilakukan di lapangan terbuka maupun di dalam ruangan atau gedung sesuai dengan kebutuhan dan situasi.
Pesertanya tak terbatas, mulai dari kaum muda-mudi juga orang-orang tua bahkan anak-anak pun terkadang ikut serta. Semakin banyak orang yang ikut molulo, suasananya akan semakin bertambah ramai dan mengasyikan.
Berbagai sumber