Efriza menganalisa, Pimpinan Projo meski menteri Menkominfo, popularitas dan tingkat disukainya ala kadarnya saja, beda dengan Surya Paloh. Ia malah diingat oleh kontroversi semata seperti disebut menteri “give away” karena Arie dan Projo mutung Jokowi memberikan kursi menteri kepada Prabowo yang merupakan rivalnya, lalu ngambek memilih mengakhiri dukungan kepada Jokowi, ketika beberapa hari kemudian dapat kursi Wamen Projo kembali dukung Jokowi dan berkenaan kerjasama dengan Prabowo.
WAHANAMEDIA.COM –Masa depan organisasi relawan Projo, yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Presiden Joko Widodo (Jokowi), akan menjadi topik utama dalam kongres yang direncanakan digelar sebelum Oktober 2024. Kongres ini akan menjadi kesempatan bagi Projo untuk mengevaluasi arah dan bentuk organisasi ke depannya.
Efriza, Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang, menuturkan perihal Projo ingin menjadi partai politik sebaiknya tetap menjadi ormas saja karena lebih menguntungkan, dan merek Projo juga sudah dikenal sebagai relawan pemenangan presiden.
“Dari ormas menjadi partai ada contoh terbaik yakni partai Nasdem yang sangat fenomenal dan bisa menjadi partai politik urutan 5 besar. Namun Projo bukan Nasdem,” ulas Efriza kepada Wahana Media melalui pesan singkatnya Kamis (1/8/2024).
Efriza menganalisa, Pimpinan Projo meski menteri Menkominfo, popularitas dan tingkat disukainya ala kadarnya saja, beda dengan Surya Paloh. Ia malah diingat oleh kontroversi semata seperti disebut menteri “give away” karena Arie dan Projo mutung Jokowi memberikan kursi menteri kepada Prabowo yang merupakan rivalnya, lalu ngambek memilih mengakhiri dukungan kepada Jokowi, ketika beberapa hari kemudian dapat kursi Wamen Projo kembali dukung Jokowi dan berkenaan kerjasama dengan Prabowo.
“Arie juga tidak cakap dalam kerja politik, kepemimpinan, maupun komunikasi politik, banyak kerja Menkominfo memperoleh sentimen negatif masyarakat bahkan gelombang minta Arie Budie untuk mundur, karena banyak kasus seperti pemberantasan judi online yang dianggap gagal oleh publik maupun tak becus menangani pusat data nasional yang di hack,” imbuhnya.
Efriza mengatakan yang terutama adalah ketua umum projo bukan tokoh nasional sekelas Surya Paloh.
“Ia juga bukan dari politisi Golkar, rekam masa lalu dari PDIP jadi catatan yang lumayan suram, politisi PDIP mendirikan partai akan selalu gagal,” terangnya.
Dan terakhir, imbuh Efriza, momentum, memori indah seperti kasus Nasdem sudah tidak akan terjadi lagi. Sebab banyak partai-partai baru sejak 2019 lalu sampai 2024 kemarin selalu gagal memperoleh kursi di Senayan para calon legislator yang diajukannya. Bahkan, bukan tak mungkin Projo tidak akan lolos dukungan Adminstrasi dan Faktual sebagai partai politik sebab kekuatan finansial dan media dari Projo dirasa minim untuk mengangkat popularitas projo ketika mencoba transformasi menjadi partai politik.
“Jadi biarkan Projo tetap jadi relawan, relawan dengan pamerin kursi kementrian minimal komisaris, sebab kelas Projo sepertinya belum naik kelas sebagai partai politik kecuali ormas untuk pemenangan calon presiden semata meskipun Projo punya perwakilan pimpinan di daerah-daerah,” pungkasnya.(BJP)