Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS), Sholeh Basyari melalui keterangan tertulis kepada Wahana Media, Kamis (1/8/2024) menguraikan bahwa pansus tersebut dimaksudkan untuk meluruskan sekaligus mengembalikan PKB ke PBNU.
WAHANAMEDIA.COM –PBNU berencana membentuk tim lima atau panitia khusus (pansus) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sekretaris Jenderal PBNU Gus Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan pansus ini dibentuk untuk meluruskan sejarah sekaligus mengembalikan PKB ke PBNU selaku pemilik sah.
Gus Ipul menilai saat ini elite PKB banyak membuat pernyataan yang melenceng dari fatsun awal berdirinya PKB. Bahkan, kata dia, ada upaya yang nyata dan sistematis yang dilakukan elite PKB guna menjauhkan PKB dari struktural NU.
Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS), Sholeh Basyari melalui keterangan tertulis kepada Wahana Media, Kamis (1/8/2024) menguraikan bahwa pansus tersebut dimaksudkan untuk meluruskan sekaligus mengembalikan PKB ke PBNU.
“Ketika, reasoning-nya adalah adanya elit PKB yang ber-statement melenceng dari fatsun awal berdirinya PKB. Keempat, adanya upaya sistematis menjauhkan PKB dari PBNU. Kelima, elit PKB (menurutnya) ahistoris. Keenam, tim lima menyerupai tim lima pada awal reformasi dulu yang dibentuk PBNU untuk mendirikan PKB. Ketujuh, tim terbentuk jika ada persetujuan Rois aam dan ketum PBNU,” tukasnya.
Sholeh mengungkapkan bahwa masyarakat sepatutnya menghormati dan berterima kasih apapun bentuk perhatian sekjen PBNU Syaifullah Yusuf kepada PKB. Terlepas apakah pernyataan-pernyataan pra dan pasca pemilu konsisten berada pada paradoks, diksinya kontra dan kuat muatan ofensifnya.
“Setidaknya secara psikopolitik ada tiga hal yang bisa diurai dari konsistensi Gus Ipul menyerang elit-elit PKB satu semester belakang,” terangnya.
Pertama, katanya dengan memanfaatkan teori kerumunan ala Gustave Le Bon, membuncahnya data survei anggota NU yang hampir 60%, bisa saja mencemari pemikiran rasional Gus Ipul bahwa PBNU bukanlah suatu entitas tunggal dengan PKB.
Sebagai institusi yang berbeda entitas dengan PKB, tidak memadai reasoning Gus Ipul menyiapkan tim lima yang bertugas mengembalikan PKB ke PBNU. Betul bahwa sejarah adalah vitae magistra. Tetapi bukan berarti secara serta merta pengembalian apalagi pengambilalihan dibenarkan oleh aturan main yang yang menjadi kebutuhan dan kesepakatan bersama, apalagi oleh sejarah.
Kedua, masih merujuk konsep psikopolitik, cara pandang Gus Ipul tentang PKB kontemporer, cenderung ultra konservatif yang mengarah pada berpolitik secara halusinatif. Pola berpolitik seperti ini, menggambarkan gap, jarak bahkan misleading, menyesatkan tidak saja bagi Gus Ipul pribadi tetapi juga menggambarkan psikopolitik Kramat Raya secara umum.
Ketiga, tercemarnya pemikiran rasional Gus Ipul dan pola pemikiran yang ultra konservatif, jika terjadi secara ajeg, potensial menimbulkan sikap kalap. “Kakap dalam konteks ini adala ketidaksadaran menabrak aturan main yang berlaku dan ketidaksabaran menghormati anggaran dasar maupun rumah tangga PBNU dan lebih-lebih PKB. Sudahlah Gus Ipul, sudahi manuvermu,” tandasnya.
Sumber: Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS)