Indonesia melalui Pupuk Indonesia (PI) sebagai Badan Usaha Milik Negara di bidang pupuk, Badan Riset Innovasi Nasional (BRIN), Kementerian terkait, civil society harus mengambil peran signifikan, agar teknologi produksi pupuk nano dapat mengikuti dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak tergilas/terdisrupsi kemajuan jaman.
WAHANAMEDIA.COM –Terganggunya produksi nasional akan berdampak pada mahalnya harga pangan di tingkat konsumen. Sejarah membuktikan bahwa kejatuhan rezim orde lama dan orde baru salah satunya dipicu oleh kenaikan harga pangan di tingkat konsumen.
Cepat dan pasti teknologi nano dalam mendisrupsi teknologi produksi pupuk konvensional yang ada. Argumennya dipicu oleh harga pupuk tidak terkendali yang berimplikasi terhadap daya beli petani terhadap pupuk, sehingga dosis pupuk tanaman yang diaplikasikan petani cenderung makin rendah, atau bahkan mungkin tidak dipupuk sama sekali.
Jika dalam jangka panjang, masalah ketersediaan (available), akses (accessible), dan keterjangkauan (affordable) pupuk di tingkat petani akan menyebabkan target pemerintah menyediakan pupuk dalam enam tepat jumlah, jenis, harga, tempat, waktu dan mutu akan memicu penurunan produktivitas pertanian nasional.
Solusi teknologi saat ini agar ketersediaan pupuk di tingkat petani dapat dimitigasi dampaknya. Penerapan teknologi nano merupakan pilihannya.
Perkembangan Teknologi Pupuk Nano
Perkembangan teknologi pupuk nano terkini (state of the art) pupuk nano di dunia sudah sampai takaran komersialisasi, sejalan dengan kemajuan teknologi dan perubahan lingkungan strategis baik global maupun regional.
Indonesia melalui Pupuk Indonesia (PI) sebagai Badan Usaha Milik Negara di bidang pupuk, Badan Riset Innovasi Nasional (BRIN), Kementerian terkait, civil society harus mengambil peran signifikan, agar teknologi produksi pupuk nano dapat mengikuti dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak tergilas/terdisrupsi kemajuan jaman.
India misalnya, sudah melakukan pemasaran pupuk nano urea. Sonic Essentials branded products saat ini sudah dipasarkan secara komersial dan semakin meluas di Australia, Thailand and South Africa dan dalam waktu dekat akan memasuki pasar Malaysia, Sri Lanka, Pakistan dan sebagian besar Timur Tengah.
Artinya pupuk nano sudah implemented secara komersial dan bukan wacana teoritis semata. Kita juga mencatat Pupuk Indonesia melalui Pupuk Sriwijaya saat ini sedang dan terus melakukan pengembangan pupuk nano berupa: (a) Urea Nanohybrid Hydroxyapatite (Urea HA) ?dan (b) Nano Rock Phosphate (RP)?.
Urea Nanohybrid Hydroxyapatite. Saat ini kemajuan yang berhasil dicapai adalah produksi skala laboratorium dan karakterisasi produk yang dihasilkan. Hasil karakteristisasi lebih detail Urea-HA,? selanjutnya akan dilakukan pengujian sifat slow-release Urea-HA? dan pengujian efektivitas Urea-HA pada tanaman?.
Adapun P dalam rock-phosphate berbentuk mineral merupakan unsur yang lambat larut, sehingga usaha yang dilakukan adalah me-nano-kan ukuran mineral RP (proses mekanik) agar kelarutan dan kadar P2O5 meningkat. Tahapan pengujian yang dilakukan antara lain sebagai berikut:?
Hasil penelitian sementara menunjukkan terdapat peningkatan kelarutan nano P dibandingkan RP biasa sebesar 66,6%. Mengapa demikian, secara teoritis hal itu terjadi karena luar permukaan kontak partikel 1 nano sebesar 100.000.000, sementara 1 mikron luas bidang kontaknya 100.000, sedangkan untuk 1 mm luas kontaknya 100. Kelarutan yang tinggi diikuti peningkatan kecepatan reaksi.
Sebagai gambaran Urea, Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian telah berhasil memproduksi pupuk nano Silika, sehingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan padi terhadap serangan organisme pengganggu tanaman.
Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan