Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS), Sholeh Basyari melalui keterangan tertulis kepada Wahana Media, Kamis (22/8/2024) menguraikan perang dingin, tak terelakkan.
WAHANAMEDIA.COM –Kode keras dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Melalui surat tertanggal 18 Agustus 2024, sebagaimana viral di media sosial, Ketua Umum PP GP Ansor H Addin Jauharudin dan Sekjen H A Rifqi Al Mubarak menginstruksikan kepada kader-kadernya se-Jawa Timur dan Bali untuk menggelar “Apel Kesetiaan PBNU” di Kabupaten Badung, Bali pada 21-25 Agustus.
Addin menuturkan, perihal apel ini penting dalam rangka “Kesetiaan kepada PBNU” dan untuk memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia dan Bakti Sosial yang dimulai sejak pukul 07.00 WITA sampai dengan selesai. “Pimpinan pusat GP Ansor menginstruksikan kepada Sahabat untuk hadir dalam kegiatan tersebut,” demikian isi instruksi itu.
Sebagaimana diunggah cnnindonesia.com, Addin menjelaskan sengaja memilih tempat di Bali lantaran sebagai wilayah yang penuh keberagaman. Ia juga mengatakan acara ini digelar masih dalam suasana HUT ke-79 RI. “Dan kita apel kebinekaan dan tasyakuran kemerdekaan RI di Bali. Sekaligus apel kesetiaan terhadap PBNU dan kiai,” kata Addin kepada awak media kemarin.
Addin mengatakan sekitar 15 ribu anggota Ansor dan Banser yang akan mengikuti apel ini. Ia juga mengatakan kader dari organisasi Pagar Nusa juga akan mengikuti apel tersebut bersamaan. Ia tak berkomentar banyak terkait momen apel kesetiaan digelar bersamaan dengan Muktamar PKB di Bali yang juga digelar pada 24-25 Agustus 2024 mendatang. Baginya, hal ini hanya persepsi orang semata.
Perang Dingin Tak Terelakan
Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS), Sholeh Basyari melalui keterangan tertulis kepada Wahana Media, Kamis (22/8/2024) menguraikan perang dingin, tak terelakkan.
Sholeh melihat Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengaku tak mau ambil pusing dengan rencana Badan Otonom (Banom) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang ingin menggelar apel kesetiaan saat Muktamar PKB di Bali 24-25 Agustus mendatang.
“Apel Banser yang rencananya berlangsung dari tanggal 23-25 Agustus itu, bisa disebut sebagai apel terlama. apel itu biasa cukup satu hari tetapi dengan pesan kerukunan, kebangsaan dan persaudaraan yang kuat,” imbuhnya.
Tidak ada yang perlu dikawatirkan, Kata Sholeh, terkait muktamar PKB ke-6 di Bali berikut semua produk politiknya.
“Apel kesetiaan Banser Badung, tidak cukup memadai untuk dipaksakan sebagai alasan bahwa muktamar “bermasalah”. Saya tidak melihat ada unsur “negara” yang memainkan Banser. Tidak tampak ada pergerakan logistik dari “eksternal”, untuk apel tersebut,” terangnya.
Soleh meganalisa, gaduh PBNU PKB maksimal “hanya” berada pada tahap eskalasi. Proposal Kramat Raya ke suprastruktur dan funding untuk “mengganggu” muktamar PKB ke-6 bahkan mengambil alih, kabarnya tidak di-acc sepenuhnya. Bahkan apel Banser Badung meski dekat dengan “panggung” muktamar, secara politik jauh panggang dari api.
“Kemampuan dan kecerdikan lobby Muhaimin, berhasil meng-cancel proposal Kramat Raya. Cak Imin menservis maksimal hasrat politik istana lama dan baru terkait pilkada. DKI dan Jateng sebagai titik krusial, “dilepas” oleh PKB sebagai harga yang harus dibayar agar “ganti gigi” di PKB mulus, linier dan tidak zig-zag, apalagi ugal-ugalan, tandasnya.(rls)