Batik Sebagai Simbol dan Identitas Warisan Budaya Nusantara

Batik Sebagai Simbol dan Identitas Warisan Budaya Nusantara

Motif batik sendiri yang tergolong klasik jumlahnya ribuan, tetapi diantara itu ada motif-motif yang tergolong sebagai babon atau motif induk yang legendaries. Motif ini banyak digunakan dalam ritual kehidupan orang jawa.

WAHANAMEDIA.COM –Batik merupakan kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan pada kain itu kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.

Sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.

Sejak saat itu setiap tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Di Indonesia batik klasik secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, pertama adalah batik keraton, kelompok kedua adalah batik saudagaran, dan kelompok ketiga adalah batik petani.

Motif batik sendiri yang tergolong klasik jumlahnya ribuan, tetapi diantara itu ada motif-motif yang tergolong sebagai babon atau motif induk yang legendaries. Motif ini banyak digunakan dalam ritual kehidupan orang jawa.

Mulai dari kelahiran, pertumbuhan dalam kehidupan seseorang hingga pernikahan beserta berbagai lambang dalam menjalani kehidupan hingga upacara kematian.

Tatanan seperti ini bermula semenjak era Keraton Mataram Islam yang berdiri sekitar abad ke-16, tepatnya pada tahun 1582 di Pulau Jawa.

Sejak saat ini motif-motif batik menyertai simbolisasi dalam setiap kehidupan dengan berbagai harapan dan doa, bukan sekedar strata yang awalnya sangat populer di kalangan Keraton.

Motif-motif legendaris inilah yang banyak ingin diketahui oleh para peminat batik agar tidak salah dalam menyiratkan niat dan keinginan saat memilih motif batik sebagai wastra yang sekaligus bermakna busana.

Ilustrasi Batik/Ist
Ilustrasi Batik/Ist

Batik sendiri juga memiliki variasi yang berbeda pada motif yang sama antar daerah, karena pada motif klasik jaman dahulu sebuah karya itu hanya mengandalkan susunan ragam hias yang dijadikan ide dasar sekaligus berisi filosofi motif tersebut.

Ketika untuk kedua kalinya dibuat kembali maka berpatokan pada susunan elemen-elemen yang telah ditentukan pada karya pertama. Dengan demikian, antara motif Sidomukti yang satu dengan Sidomukti lain akan sulit dibuat sama persis, apalagi jika Sidomukti tersebut dibuat di wilayah lain maka yang sering kali dijadikan patokan adalah unsur-unsur ragam hias sesuai kandungan filosofi batik tersebut.

Secara filosofis ragam hias yang terkandung dalam motif telah mewakili maknanya. Di daerah-daerah Mataram terdapat versi-versi spesifik dari daerah tersebut tanpa meninggalkan makna, kegunaan, dan filosofi yang terkandung dari motif tersebut.

Seperti Sidomukti gagrak Surakarta dan gagrak Yogyakarta memiliki perbedaan terutama pada pilihan warna latarnya. Sidomukti khas Trenggalek yang sedikit berbeda dengan Sidomukti Tulungagung dan sebagainya.

Sehingga batik sebagai warisan budaya Indonesia merupakan sebuah pengakuan yang luar biasa. Pengakuan dari UNESCO tersebut menandai perjuangan Indonesia yang membuktikan betapa khasnya batik senagai budaya Indonesia.

Sehingga sebagai masyarakat Indonesia terlebih generasi muda secara bersama-sama terus melestarikan dan mengembangkan nilai luhur batik sebagai warisan bangsa Indonesia.

Sumber: Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta

 

editor

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *