Kapasitas manufaktur modul surya di Amerika Serikat telah melampaui 31 gigawatt (GW). Angka ini hampir empat kali lipat dari kapasitas sebelum Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) disahkan dua tahun lalu. Berkat usaha dari sejumlah perusahaan di atas, bagian penting lain dari rantai pasokan solar, mulai dari polysilicon hingga komponen lainnya, diprediksi akan meningkat dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu dekat.
WAHANAMEDIA.COM –Amerika Serikat kini berada di jalur yang tak terelakkan untuk membangun rantai pasokan panel surya domestik end-to-end. Perusahaan-perusahaan besar di negeri Paman Sam terus memperluas kapasitas produksi mereka di tanah Amerika.
First Solar, misalnya, meningkatkan operasinya di Ohio dan memperluas jangkauannya hingga ke Alabama dan Louisiana. Canadian Solar, Heliene, SEG Solar, Suniva, dan sejumlah produsen lainnya juga mengumumkan pembangunan pabrik sel dan/atau modul baru.
Mengutip Renewable Energy World, Sabtu (12/10/2024, pemerintah federal bahkan baru saja menawarkan pinjaman sebesar USD1,45 miliar kepada QCells untuk mendukung fasilitas barunya di Cartersville, Georgia. Pabrik ini digadang-gadang akan menjadi pabrik ingot dan wafer surya terbesar yang pernah dibangun di Amerika Serikat dan menjadi fasilitas manufaktur solar berbasis silikon terintegrasi penuh pertama dalam lebih dari satu dekade.
Saat ini, kapasitas manufaktur modul surya di Amerika Serikat telah melampaui 31 gigawatt (GW). Angka ini hampir empat kali lipat dari kapasitas sebelum Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) disahkan dua tahun lalu. Berkat usaha dari sejumlah perusahaan di atas, bagian penting lain dari rantai pasokan solar, mulai dari polysilicon hingga komponen lainnya, diprediksi akan meningkat dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu dekat.
Di sisi lain, biaya berbisnis dengan China semakin tinggi seiring berlakunya tindakan tarif baru Section 301 hari ini. Investigasi antidumping dan countervailing duty (AD/CVD) juga mengancam untuk secara signifikan membatasi pasokan solar dan meningkatkan biaya serta risiko bagi siapa pun yang tidak berbisnis di dalam negeri.
Secara ekonomi, manufaktur komponen photovoltaic (PV) penting di Amerika Serikat masih belum sepenuhnya menguntungkan. Produsen panel surya asal Swiss, Meyer Burger, baru-baru ini menghentikan rencana untuk memperluas jejaknya di Amerika Serikat dengan membatalkan pembangunan fasilitas sel 2 GW di Colorado bulan lalu. Dinamika pasar, inflasi, biaya konstruksi, serta penurunan harga wafer disebut-sebut sebagai alasan mengapa berbisnis di Amerika Serikat lebih sulit dibandingkan dengan Asia Tenggara, misalnya.
Meskipun ada insentif dari IRA dan rantai pasokan yang semakin berkembang, menggunakan produk dalam negeri belum selalu menarik bagi pengembang. Meskipun proyek-proyek besar yang dijanjikan akan meningkatkan kapasitas Amerika Serikat dan menekan biaya, memperoleh sel surya dari dalam negeri diperkirakan masih menjadi tantangan besar hingga setidaknya akhir 2026 atau 2027.
Faktanya, beberapa pemimpin industri mulai menerima gagasan bahwa Amerika mungkin tidak akan pernah memiliki rantai pasokan panel surya yang sepenuhnya “Made in the USA.” Sementara yang lain mulai mempertanyakan apakah itu benar-benar sesuatu yang diinginkan sejak awal.
Rantai Pasok Mandiri
Wakil Presiden Teknik di Standard Solar, C.J. Colavito, menilai Amerika Serikat telah membiarkan banyak sektor manufaktur pindah ke luar negeri dalam beberapa dekade terakhir. “Kita menyaksikan itu terjadi,” katanya. “Semuanya dulu ada di AS, dan kini semua sudah pergi.”
Membangun kembali rantai pasokan solar domestik secara penuh di Amerika Serikat, menurutnya, sangat sulit. “Kita mungkin bisa mendapatkan sebagian kembali, tetapi solusi konten domestik 100 persen tidak saya lihat terjadi dalam waktu dekat,” kata Colavito.
Wakil Presiden Operasi Strategis di DSD Renewables, Carl Newton, menyebutkan ambisi untuk membangun konten domestik tertunda oleh terlalu optimistisnya prediksi waktu pembangunan fasilitas baru. Menurut Newton, banyak perusahaan internasional meremehkan proses perizinan dan pembangunan di AS. Selain itu, ketidakpastian politik juga membuat investor ragu. “Bukan masalah politik, tetapi faktanya, ada keraguan untuk melanjutkan investasi sampai pemilu selesai,” urainya.
Ketakutan ini muncul karena ada potensi perubahan kebijakan terkait Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) jika Donald Trump kembali berkuasa. Meski demikian, Newton menyatakan Partai Republik tidak sepenuhnya setuju untuk mencabut IRA, mengingat undang-undang ini memberikan keuntungan lebih besar bagi negara bagian konservatif daripada negara bagian yang lebih liberal.
Sementara itu, China masih mendominasi produksi global untuk polysilicon dan wafer surya, dengan 93 persen kapasitas polysilicon dan 95 persen kapasitas wafer. Ini menjadi tantangan besar bagi Amerika untuk mengimbangi. Colavito mengakui banyak perusahaan melihat bisnis di AS belum terlalu menguntungkan, bahkan dengan adanya tarif, insentif manufaktur, dan bonus konten domestik.
Tarif Section 301 terbaru menaikkan pajak pada panel surya hingga 50 persen, dua kali lipat dari tarif sebelumnya. Direktur Eksekutif Koalisi Manufaktur Energi Surya untuk Amerika (SEMA), Mike Carr, mengatakan meskipun satu kebijakan tidak akan mampu membalikkan dominasi manufaktur China, ia tetap menyambut baik peningkatan tarif tersebut.
Newton menegaskan ini adalah waktu yang sulit bagi industri surya untuk berkomitmen penuh pada produksi di dalam negeri. Ketidakpastian pasar membuat investor ragu untuk menanamkan miliaran dolar dalam pembangunan fasilitas sel surya. “Harga bisa berubah drastis dalam dua tahun,” katanya.
Menurut BloombergNEF, harga global untuk panel surya berada di kisaran USD0,11 per watt. Beberapa model buatan China dijual di bawah USD0,03 per watt, sementara produk AS yang paling kompetitif berada di sekitar USD0,30 per watt. Harga modul pengiriman AS pada kuartal IV 2024 diperkirakan berkisar antara USD0,215 hingga USD0,310 per watt.
Namun, meskipun lambat, Newton tetap optimistis kapasitas produksi solar AS akan terus berkembang. “Saya pikir ini akan terjadi, tetapi kapasitas baru terlalu lambat untuk membuat dampak signifikan di pasar,” terangnya.
Meski begitu, ia ragu apakah AS akan mencapai tingkat produksi 100 persen dalam negeri.
CEO Heliene, Martin Pochtaruk, mengatakan produsen solar Amerika Utara, percaya produk domestik sepenuhnya mungkin terwujud. Menurutnya, Heliene sudah hampir mencapai itu. “Heliene menawarkan modul PV kristalin dengan kandungan domestik tinggi. Sejak Juli 2023, satu-satunya komponen yang tidak dibuat di AS adalah kaca dan pita, lainnya sepenuhnya domestik,” tandas Pochtaruk.
CEO pengembang energi bersih Arevon, Justin Johnson, menyatakan memiliki rantai pasokan domestik penuh akan memberikan kepastian lebih bagi perusahaan besar. “Ketika kami menandatangani kontrak dengan perusahaan seperti Meta atau Amazon, yang paling penting bagi mereka adalah kepastian harga dan jadwal penyelesaian proyek,” katanya.
Amerika Serikat kini berada di jalur yang tak terelakkan untuk membangun rantai pasokan panel surya domestik end-to-end. Perusahaan-perusahaan besar di negeri Paman Sam terus memperluas kapasitas produksi mereka di tanah Amerika.
First Solar, misalnya, meningkatkan operasinya di Ohio dan memperluas jangkauannya hingga ke Alabama dan Louisiana. Canadian Solar, Heliene, SEG Solar, Suniva, dan sejumlah produsen lainnya juga mengumumkan pembangunan pabrik sel dan/atau modul baru.
Mengutip Renewable Energy World, Sabtu (12/10/2024, pemerintah federal bahkan baru saja menawarkan pinjaman sebesar USD1,45 miliar kepada QCells untuk mendukung fasilitas barunya di Cartersville, Georgia. Pabrik ini digadang-gadang akan menjadi pabrik ingot dan wafer surya terbesar yang pernah dibangun di Amerika Serikat dan menjadi fasilitas manufaktur solar berbasis silikon terintegrasi penuh pertama dalam lebih dari satu dekade.
Saat ini, kapasitas manufaktur modul surya di Amerika Serikat telah melampaui 31 gigawatt (GW). Angka ini hampir empat kali lipat dari kapasitas sebelum Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) disahkan dua tahun lalu. Berkat usaha dari sejumlah perusahaan di atas, bagian penting lain dari rantai pasokan solar, mulai dari polysilicon hingga komponen lainnya, diprediksi akan meningkat dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu dekat.
Di sisi lain, biaya berbisnis dengan China semakin tinggi seiring berlakunya tindakan tarif baru Section 301 hari ini. Investigasi antidumping dan countervailing duty (AD/CVD) juga mengancam untuk secara signifikan membatasi pasokan solar dan meningkatkan biaya serta risiko bagi siapa pun yang tidak berbisnis di dalam negeri.
Secara ekonomi, manufaktur komponen photovoltaic (PV) penting di Amerika Serikat masih belum sepenuhnya menguntungkan. Produsen panel surya asal Swiss, Meyer Burger, baru-baru ini menghentikan rencana untuk memperluas jejaknya di Amerika Serikat dengan membatalkan pembangunan fasilitas sel 2 GW di Colorado bulan lalu. Dinamika pasar, inflasi, biaya konstruksi, serta penurunan harga wafer disebut-sebut sebagai alasan mengapa berbisnis di Amerika Serikat lebih sulit dibandingkan dengan Asia Tenggara, misalnya.
Meskipun ada insentif dari IRA dan rantai pasokan yang semakin berkembang, menggunakan produk dalam negeri belum selalu menarik bagi pengembang. Meskipun proyek-proyek besar yang dijanjikan akan meningkatkan kapasitas Amerika Serikat dan menekan biaya, memperoleh sel surya dari dalam negeri diperkirakan masih menjadi tantangan besar hingga setidaknya akhir 2026 atau 2027.
Faktanya, beberapa pemimpin industri mulai menerima gagasan bahwa Amerika mungkin tidak akan pernah memiliki rantai pasokan panel surya yang sepenuhnya “Made in the USA.” Sementara yang lain mulai mempertanyakan apakah itu benar-benar sesuatu yang diinginkan sejak awal.
Rantai Pasok Mandiri
Wakil Presiden Teknik di Standard Solar, C.J. Colavito, menilai Amerika Serikat telah membiarkan banyak sektor manufaktur pindah ke luar negeri dalam beberapa dekade terakhir. “Kita menyaksikan itu terjadi,” katanya. “Semuanya dulu ada di AS, dan kini semua sudah pergi.”
Membangun kembali rantai pasokan solar domestik secara penuh di Amerika Serikat, menurutnya, sangat sulit. “Kita mungkin bisa mendapatkan sebagian kembali, tetapi solusi konten domestik 100 persen tidak saya lihat terjadi dalam waktu dekat,” kata Colavito.
Wakil Presiden Operasi Strategis di DSD Renewables, Carl Newton, menyebutkan ambisi untuk membangun konten domestik tertunda oleh terlalu optimistisnya prediksi waktu pembangunan fasilitas baru. Menurut Newton, banyak perusahaan internasional meremehkan proses perizinan dan pembangunan di AS. Selain itu, ketidakpastian politik juga membuat investor ragu. “Bukan masalah politik, tetapi faktanya, ada keraguan untuk melanjutkan investasi sampai pemilu selesai,” urainya.
Ketakutan ini muncul karena ada potensi perubahan kebijakan terkait Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) jika Donald Trump kembali berkuasa. Meski demikian, Newton menyatakan Partai Republik tidak sepenuhnya setuju untuk mencabut IRA, mengingat undang-undang ini memberikan keuntungan lebih besar bagi negara bagian konservatif daripada negara bagian yang lebih liberal.
Sementara itu, China masih mendominasi produksi global untuk polysilicon dan wafer surya, dengan 93 persen kapasitas polysilicon dan 95 persen kapasitas wafer. Ini menjadi tantangan besar bagi Amerika untuk mengimbangi. Colavito mengakui banyak perusahaan melihat bisnis di AS belum terlalu menguntungkan, bahkan dengan adanya tarif, insentif manufaktur, dan bonus konten domestik.
Tarif Section 301 terbaru menaikkan pajak pada panel surya hingga 50 persen, dua kali lipat dari tarif sebelumnya. Direktur Eksekutif Koalisi Manufaktur Energi Surya untuk Amerika (SEMA), Mike Carr, mengatakan meskipun satu kebijakan tidak akan mampu membalikkan dominasi manufaktur China, ia tetap menyambut baik peningkatan tarif tersebut.
Newton menegaskan ini adalah waktu yang sulit bagi industri surya untuk berkomitmen penuh pada produksi di dalam negeri. Ketidakpastian pasar membuat investor ragu untuk menanamkan miliaran dolar dalam pembangunan fasilitas sel surya. “Harga bisa berubah drastis dalam dua tahun,” katanya.
Menurut BloombergNEF, harga global untuk panel surya berada di kisaran USD0,11 per watt. Beberapa model buatan China dijual di bawah USD0,03 per watt, sementara produk AS yang paling kompetitif berada di sekitar USD0,30 per watt. Harga modul pengiriman AS pada kuartal IV 2024 diperkirakan berkisar antara USD0,215 hingga USD0,310 per watt.
Namun, meskipun lambat, Newton tetap optimistis kapasitas produksi solar AS akan terus berkembang. “Saya pikir ini akan terjadi, tetapi kapasitas baru terlalu lambat untuk membuat dampak signifikan di pasar,” terangnya.
Meski begitu, ia ragu apakah AS akan mencapai tingkat produksi 100 persen dalam negeri.
CEO Heliene, Martin Pochtaruk, mengatakan produsen solar Amerika Utara, percaya produk domestik sepenuhnya mungkin terwujud. Menurutnya, Heliene sudah hampir mencapai itu. “Heliene menawarkan modul PV kristalin dengan kandungan domestik tinggi. Sejak Juli 2023, satu-satunya komponen yang tidak dibuat di AS adalah kaca dan pita, lainnya sepenuhnya domestik,” tandas Pochtaruk.
CEO pengembang energi bersih Arevon, Justin Johnson, menyatakan memiliki rantai pasokan domestik penuh akan memberikan kepastian lebih bagi perusahaan besar. “Ketika kami menandatangani kontrak dengan perusahaan seperti Meta atau Amazon, yang paling penting bagi mereka adalah kepastian harga dan jadwal penyelesaian proyek,” pungkasnya.